Laporan Magang
Aplikasi
Herbisida pada Tanaman Menghasilkan di Kebun Kelapa Sawit Divisi III Muara
Tawang Estate PT. Kartika Prima Cipta
di Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu
Oleh
M.Alhuzaifi (C51109129)
Prodi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat kasih
dan pertolongan – Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Magang dengan
judul “Aplikasi Herbisida pada Tanaman Menghasilkan di Divisi III Kebun Kelapa
Sawit Muara Tawang Estate PT. Kartika Prima Cipta di Kecamatan Suhaid Kabupaten
Kapuas Hulu”.
Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Ir. Rini
Susana, M.Sc
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan
motivasi dalam pelaksanaan Praktek dan penulisan Laporan Praktek Magang. Dalam proses pelaksanaan Magang ini tentunya
melibatkan banyak pihak, maka dengan kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Kedua
orang tua yang saya sayangi karena telah membantu saya dengan doa yang tulus.
2. Bapak
Dr. Ir. H. Sutarman Gafur, M.Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.
3. Ibu
Dr. Zakiatulyaqin, M.Si selaku ketua Program Studi S1 Agroteknologi Fakultas Pertanian.
4. Rekan
– rekan S1 Agroteknologi dan kelompok seperjuangan magang Budidaya Pertanian
Universitas Tanjungpura.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses pembuatan Laporan Praktik Magang ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun,
semoga Laporan Praktik Magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan
sumbangan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.
Pontianak, Desember
2012
Penulis
MUHAMMAD
ALHUZAIFI C51109129
Halaman
KATA
PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR
ISI ..........................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
iv
DAFTAR
LAMPIRAN ...........................................................................................v
BAB
I. PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar
Belakang ............................................................................................1
B. Tujuan
Magang ...........................................................................................3
1. Tujuan
Umum .........................................................................................3
2. Tujuan
Khusus ........................................................................................3
C. Permasalahan
...............................................................................................4
D. Metode
Pendekatan .....................................................................................4
BAB
II. KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
A. Sejarah
Singkat Berdirinya Perusahaan ......................................................6
B. Letak
dan Luas Wilayah PT. Kartika Prima Cipta Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu..............................................................................8
C. Tanah
dan Topografi ...................................................................................8
D. Iklim
............................................................................................................9
E. Keadaan
Penduduk .....................................................................................9
F. Struktur
Organisasi Perusahaan ................................................................10
G. Visi
dan Misi Perusahaan ..........................................................................11
H. Tenaga
Kerja .............................................................................................11
BAB
III. PELAKSANAAN MAGANG
A. Tempat
dan Waktu Pelaksanaan ...............................................................12
B. Metode
Pelaksanaan .................................................................................12
C. Kegiatan
di Lapangan ...............................................................................13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kelapa
sawit merupakan komoditas yang sangat penting di Indonesia dan masih memiliki
prospek pengembangan yang cerah. Komoditi kelapa sawit, baik berupa bahan
mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa
nonmigas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat dihandalkan, karena minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak mentah (CPO
atau Crude Palm Oil) yang berwarna
kuning dan (PKO atau Palm Kernel Oil)
yang tidak berwarna (jernih). CPO dan KPO banyak digunakan sebagai bahan
industri pangan (minyak goreng dan margin), industri sabun (bahan penghasil
busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai
bahan bakar alternatif atau minyak diesel, (Sayono; 2003).
Seiring
dengan pesatnya perkembangan tanaman kelapa sawit dan permintaan bahan baku
yang cukup tinggi, maka salah satu faktor penunjang yang sangat diperlukan
dalam perusahaan adalah perluasan areal tanam dan tenaga kerja, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perkebunan inti rakyat dalam upaya
dan tujuan pemerintah untuk meningkatkan devisa negara. Menyadari betapa
pentingnya pembangunan jangka panjang dibidang ekonomi dengan sasaran utama
mencapai keseimbangan antara bidang pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit
dan industri pengolahan kelapa sawit oleh pemerintah secara besar – besaran
melakukan kerja sama dengan pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak
swasta antara lain dengan PT. Kartika Prima Cipta Kecamatan Suhaid Kabupaten
Kapuas Hulu.
Pemeliharaan
dilakukan untuk memperoleh hasil produksi kelapa sawit sesuai dengan yang
diinginkan, pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharaan pembibitan kelapa sawit,
pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dan pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM). Pemeliharaan pembibitan kelapa sawit sangat mempengaruhi
pada tingkat keberhasilan suatu perusahaan perkebunan. Pemeliharaan pembibitan
meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma, penyemprotan hama dan
penyakit, konsolidasi, dan pembuatan parit antar bedengan.
Mahasiswa
merupakan bagian integral dari generasi muda yang termasuk ke dalam masyarakat,
dan Fakultas Pertanian merupakan bagian integral dari Universitas Tanjungpura.
Melalui program studi S1 Agroteknologi Budidaya Pertanian menetapkan suatu
kebijakan dalam progam akademiknya. Kebijakannya adalah menyelenggarakan Praktik
Magang yang diwajibkan kepada mahasiswa yang menyelesaikan mata kuliah dan
kegiatannya dilakukan selama 2 bulan. Usaha ini dilakukan bukan hanya untuk
memberikan pengetahuan yang bersifat teoritis tapi juga disertai pengetahuan
praktis dan keterampilan di lapangan.
Setelah
melakukan Praktik Magang, diharapkan mahasiswa dapat menelaah, mempelajari,
memahami, dan mengembangkan daya pikir serta dapat mencari alternatif
permasalahan yang ada dilapangan sehingga menjadi terampil dan berpengalaman
dibidang perkebunan. Melalui Praktik Magang ini diharapkan akan tercipta
hubungan yang baik antara PT. Kartika Prima Cipta Kecamatan Suhaid Kabupaten
Kapuas Hulu dan lembaga integral Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
B. Tujuan Praktek Magang
1.
Tujuan
Umum
Pelaksanakan
kegiatan magang, mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
magang di PT. Kartika Prima Cipta Estate Muara Tawang Kecamatan Suhaid
Kabupaten Kapuas Hulu adalah :
a. Sebagai
studi banding antara teori yang didapatkan di bangku kuliah dengan pelaksanaan teknis
di lapangan dan melatih mahasiswa dalam mengintegritaskan diri dengan
masyarakat disekitar lokasi magang.
b. Mendewasakan
pola cara berpikir dan meningkatkan daya
nalar mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis agronomis perkebunan kelapa
sawit di lapangan secara ilmiah dan melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan langsung di
lapangan.
c. Bagi
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dapat meningkatkan kerjasama dengan
instansi terkait dengan memperoleh masukan melalui mahasiswa yang melaksanakan
kegiatan magang.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin
dicapai adalah :
a. Mempelajari
tahap – tahap penyemprotan herbisida dalam mengendalikan gulma pada tanaman
menghasilkan (TM) di kebun kelapa sawit yang dilaksanakan di PT. Kartika Prima
Cipta Estate Muara Tawang, sebagai bahan perbandingan antara cara aplikasi
herbisida di lapangan dengan aplikasi herbisida menurut teori.
b. Mengetahui
dan mempelajari teknik–teknik mengendalikan gulma dikebun kelapa sawit serta
dapat memberikan sumbangan gagasan, ide maupun solusi dalam pemecahan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Kartika Prima Cipta Estate Muara
Tawang Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu dalam kaitannya dengan
pengendalian gulma dikebun kelapa sawit.
C. Permasalahan
1.
Eksistensi
gulma.
Keberadaan gulma selalu menjadi masalah karena harus
dikendalikan secara berkala dan terus menerus, hal inilah yang mengharuskan
dilakukan pengendalian yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis dari gulma
tersebut.
2.
Topografi yang miring dan dan berbukit.
Topografi yang miring dan dan berbukit menyebabkan para
pekerja sulit untuk mendapatkan suplai air yang sesuai untuk aplikasi herbisida
karena semakin tinggi bukit maka akan semakin jauh dari sumber air dan air yang
tersedia di atas daerah bukit ketersediaannya terbatas dan kurang memadai.
3. Cara pengaplikasian herbisida yang kurang tepat.
Cara pengaplikasian herbisida yang kurang tepat ini disebabkan kurangnya pengawasan dari mandor dan kurangnya pemahaman para pekerja akan cara aplikasi herbisida yang baik dan benar di kebun kelapa sawit.
D. Metode Pendekatan
Pelaksanakan
kegiatan magang ini digunakan beberapa metode pendekatan yaitu :
1. Observasi
Lapangan
Metode ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui
kegiatan aktualnya yang berhubungan dengan aplikasi herbisida dikebun kelapa
sawit.
2. Wawancara
Metode ini
dilakukan dengan cara melakukan dialog kepada Manager Estate, Asisten Kepala
(ASKEP), Asisten Divisi, Mandor, Krani, serta buruh yang bekerja di PT. Kartika
Prima Cipta Estate Muara Tawang Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Dokumentasi
Metode ini
dilakukan dengan cara pengambilan gambar tentang kegiatan–kegiatan yang ada di
lapangan, yang berkaitan dengan teknik aplikasi herbisida dikebun kelapa sawit.
4. Studi
Pustaka.
Metode ini dilakukan
untuk memperkuat laporan magang melalui referensi buku–buku yang berkaitan
dengan kegiatan di lapangan dan di kantor, serta pencatatan data–data pada kantor
Divisi dan kantor Sentral PT. KPC.
BAB II
KEADAAN UMUM
LOKASI PRAKTIK LAPANGAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya
Perusahaan
PT Kartika Prima
Cipta (KPC) didirikan pada tanggal 16 November 2005 di hadapan Notaris Hardinawanti
Surodjo, S.H. di Jakarta dengan Akta Notaris No. 16. Susunan pengurus
perusahaan terdiri dari Direksi dan Komisaris perusahaan, beralamat Kantor
Pusat di Jembatan III Barat Blok E No. 9, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan
Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Anggaran dasar perusahaan telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman RI No. C-26928 HT.01.01.TH.2004, tanggal 27 Oktober 2004
dengan NPWP No. 02.574.598.5-041.000. Perusahaan didirikan untuk melaksanakan
berbagai bidang usaha antara lain bidang perkebunan, perdagangan umum,
distributor dan lain-lain. Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu tentang
dispensasi pembukaan lahan pembibitan dan land
clearing No.
525/70/Disperhut/Bun-A tanggal 18 Januari 2007.
Pembukaan lahan
kebun dilakukan melalui negosiasi antara pemilik hak tradisional dengan PT KPC,
hanya saja proses negosiasi tersebut dilakukan secara lisan, belum dituangkan
dalam bentuk tertulis, namun kesepakatan akhir dari hasil proses negosiasi
tersebut terdokumentasi secara tertulis dalam bentuk Berita Acara Kesepakatan.
Sebelum proses negosisasi dilakukan antara pihak PT KPC dengan warga
masyarakat, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa dan
Dusun yang berada dalam areal konsesi setelah berkoordinasi terlebih dahulu
dengan aparat pemerintah setempat. Materi sosialisasi yang disampaikan
meliputi: tujuan dan manfaat pembangunan kebun kelapa sawit, manfaat sosial
ekonomi bagi masyarakat jika menyerahkan lahan untuk pembangunan perkebunan
kelapa sawit, dan kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah secara umum.
Setelah
perusahaan melakukan sosialisasi, masyarakat diberikan kesempatan dan tenggang
waktu terutama anggota masyarakat yang mempunyai lahan untuk memikirkan apakah
mau bergabung atau tidak bergabung dengan PT KPC. Bagi masyarakat yang berminat
bergabung dapat mendaftar langsung untuk ikut secara sukarela dan jika tidak
berminat, masyarakat tidak dipaksa untuk bergabung, dan lahan tersebut akan
menjadi enclave. Sosialisasi tingkat kabupaten
telah dilaksanakan pada bulan Maret 2007, dilanjutkan dengan sosialisasi
tingkat kecamatan yaitu Kecamatan Semitau dan Selimbau pada bulan April 2007
dan Kecamatan Suhaid pada bulan Agustus 2007. Sosialisasi tingkat desa dalam
wilayah Kecamatan Suhaid dilaksanakan pada bulan Juli 2007 di Desa Mantan dan
Menapar serta bulan Agustus 2007 di Desa Mensusai.
Masyarakat
sangat mengenal dan tahu secara pasti siapa yang pertama-kali membuka dan
mengelola lahan tersebut baik dengan menanam tanaman pangan maupun tanaman
tahunan. Terdapat kesepakatan diantara warga bahwa siapa yang membuka wilayah
hutan yang belum pernah dimasuki oleh orang lain maka lahan tersebut menjadi
milik warga yang bersangkutan. Jika ada warga lain yang ingin melakukan
kegiatan pada lahan tersebut (berladang, meramu
atau berburu) maka harus meminta ijin terlebih dahulu kepada yang
bersangkutan. Apabila telah disepakati penerimaan lahan dari masyarakat kepada
perusahaan maka besarnya ganti-rugi atau istilah lokalnya “Simpak Beliung” atau balas jasa yang harus dibayarkan oleh perusahaan
kepada pemilik lahan dilakukan pada waktu dan tempat yang
disepakati, biasanya di rumah pemilik atau beberapa warga berkumpul di salah satu rumah warga yang disepakati, dengan proses
seperti itu dan adanya surat-surat
keputusan dari bupati kapuas hulu, maka terbukalah perizinan lahan.
B. Letak dan Luas Wilayah
Kebun kelapa sawit PT KPC Muara Tawang Estate
terletak di kecamatan Semitau, Desa Semitau Hulu dan kecamatan Suhaid Kabupaten
Kapuas Hulu dengan ibu kota kabupatennya Putussibau. Kecamatan Suhaid terdiri atas 8
desa dengan luas wilayah 74.484 Ha, 4 desa diantaranya masuk dalam areal
konsesi PT KPC yaitu Desa Mensusai, Kerangas, Mantan dan Nanga Suhaid. Luas
wilayah kebun muara tawang estate sampai tahun 2012 dari divisi 1,2,3 dan 4
adalah 2500 ha lebih, belum diketahui secara pasti karena adanya pembukaan
lahan baru.
Batas wilayah PT. KPC
Muara Tawang Estate yaitu Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Baru dan Kampung
Masjid, Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Selimbau, Sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Selimbau, Sebelah barat berbatasan dengan Desa Semitau
Hilir.
C. Tanah dan Tofografi
Jenis tanah yang tedapat di kebun Muara
Tawang Estate PT. KPC yang lebih dominan adalah tipe Podsolit Merah Kuning (
PMK), dimana jenis tanah ini dikenal dengan kesuburan tanahnya yang rendah.
Tanah jenis PMK umunya mempunyai solum yang dalam yaitu ± 120 cm sedangkan
lapisan bahan organiknya sangat tipis ± 10 cm dengan bahan induk dari batuan
beku dan endapan dengan komposisi perbandingan pasir 20%, debu 10-49% dan liat
20-50%. Jenis tanah yang lainnya adalah tanah gambut, tetapi sedikit sekali
tanah gambut yang ditanam karena syarat penanaman untuk tanah gambut tidak
memenuhi peraturan menteri pertanian.
Gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan
organik dengan komposisi lebih dari 65% yang terbentuk secara alami dalam
jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang
terhambat proses dekomposisinya karena suasana anaerob dan basah. Keterbatasan
ketersediaan lahan menyebabkan pengusahaan budidaya kelapa sawit dilakukan juga
di lahan gambut dengan memenuhi kriteria yang dapat menjamin kelestarian fungsi
lahan gambut, yaitu: (a) diusahakan hanya pada lahan masyarakat dan kawasan
budidaya, (b) ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 meter,
(c) substratum tanah
mineral di bawah gambut bukan pasir kuarsa dan bukan tanah sulfat masam; (d)
tingkat kematangan gambut saprik (matang) atau hemik (setengah matang); dan (e)
tingkat kesuburan tanah gambut eutropik, (2009.Peraturan Menteri Pertanian).
Keadaan umum topografi di kebun Muara Tawang Estate
berupa perbukitan, dataran rendah seperti rawa, tanah bergelombang, dan tanah
datar. Jenis tanah meliputi tanah gambut, tanah mineral dan tanah PMK .
D. Iklim
Kabupaten Kapuas Hulu beriklim tropis dengan
suhu udara berkisar antara 22,9oC sampai 31,05oC dengan
suhu rata-rata siang harinya adalah 29oC curah hujan cukup besar
menyebabkan sering terjadi banjir musiman dan proses pencucian tanah
berlangsung dengan cepat.
E.
Keadaan
Penduduk
Kondisi
kependudukan dari kecamatan dan desa yang sudah ada kegiatan perusahaan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Kecamatan Suhaid terdiri atas 8
desa dengan luas wilayah 74.484 Ha, 4 desa diantaranya masuk dalam areal
konsesi PT KPC yaitu Desa Mensusai, Kerangas, Mantan dan Nanga Suhaid. Jumlah
penduduk yang berada pada 4 Desa yang masuk dalam areal konsesi perusahaan
adalah 7.545 jiwa atau 30,31% dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan
Suhaid.
b.
Kecamatan Semitau terdiri atas 8 Desa, namun hanya 1 Desa yang
masuk dalam areal konsesi perusahaan yaitu Desa Semitau Hulu dengan jumlah
penduduk sebesar 2.070 jiwa atau 27,10% dari 7.641 jiwa penduduk kecamatan.
Suku yang dominan di areal konsesi perusahaan PT KPC adalah Suku Dayak dan
Melayu. Suku Melayu beragama Islam sebagian besar tinggal di Desa Nanga Suhaid
dan Desa Semitau Hulu, sedangkan Suku Dayak beragama Kristen (Katolik dan
Protestan) tinggal di Desa Mantan, Menapar, Mensusai dan Kerangas.
F. Struktur Organisasi Perusahaan.
Struktur organisasi di lapangan
adalah sebagai berikut.
Estate Manager (EM)
|
Asisten Divisi
|
Mandor 1
|
Asisten Kepala (ASKEP)
|
Regional Controler (RC)
|
Mandor
|
Karyawan
|
Gambar 1. Struktur
Organisasi PT. KPC Kecamatan suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.
Perusahaan
perkebunan PT KPC dipimpin oleh seorang Regional Controller (RC) yang
bertugas sebagai pengelolaan dan pengembangan perkebunan. Untuk pembantu RC yang
berkaitan dengan kegiatan operasional dilapangan dibantu oleh Estate Manager
(EM), Kegiatan operasional lapangan pada tiap-tiap wilayah kebun dipimpin oleh
seorang EM yang membawahi Kepala divisi kebun. Setiap kepala divisi kebun dalam
melaksanakan kegiatannya dibantu oleh beberapa Asisten Divisi yang tugasnya
menangani dan memimpin petugas pengawas lapangan pada tiap-tiap Divisi,
kemudian dibawahnya terdiri dari Mandor 1 yang mengawasi semua mandor pada
Divisi tersebut dan setiap mandor membimbing dan mengawasi pekerjaan dari
setiap karyawan anggotanya, fungsi mandor adalah mengawasi, mengatur dan
mengarahkan para karyawan kebun tentang kegiatan-kegiatan dilapangan serta
memberikan masukan kepada atasan mengenai situasi yang terjadi dilapangan
terutama yang berhubungan dengan teknis dan kinerja para karyawan.
G. Visi dan Misi
1.
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan
perkebunan yang kompetitif di bidangnya dengan produk berkualitas
internasional, dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
2. Misi
Perusahaan
a. Menciptakan
sumber daya manusia yang terlatih
b. Menggunakan
bibit tanaman yang berkualitas
c. Melaksanakan
pemeliharaan yang terencana
H. Tenaga Kerja
Adanya tenaga kerja di
perusahaan PT.KPC akan mempermudah lancarnya suatu pekerjaan, sehingga
terciptanya hubungan kerja sama dan informasi yang baik antar tenaga kerja.
Tenaga kerja di PT.KPC terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita yang terdiri
dari SKU dan Tenaga Kerja Harian. Tenaga kerja berasal dari macam daerah, ada
berasal dari kecamatan Suhaid, Kecamatan Semitau, Tenaga Kerja berasal dari
KALBAR, dan tenaga kerja yang berasal dari luar kalimantan seperti Jawa dan
NTT.
BAB
III
PELAKSANAAN
MAGANG
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Praktek magang ini
dilaksanakan selama 2 bulan lebih dari tanggal 23 Juli 2012 sampai dengan 23
September 2012. Lokasi magang
dilaksanakan di Kebun Inti estate Muara Tawang PT. Kartika Prima Cipta yaitu
suatu perkebunan sawit yang terletak di Desa Mantan Kecamatan Suhaid Kabupaten
Kapuas Hulu.
B. Metode Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang ini melibatkan mahasiswa untuk
melakukan seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di
lapangan. beberapa metode yang
digunakan dalam pelaksanaan magang diantaranya :
1.
Observasi
Sebelum terjun ke lapangan, mahasiswa magang
berkesempatan untuk mempelajari terlebih dahulu teori tentang teknis lapangan
sebelum langsung mengamati dan mempraktekkan bagaimana cara kerja praktek
teknis di lapangan.
2.
Praktek
Para
mahasiswa magang langsung mempraktekkan dilapangan apa yang sedang dilaksanakan
di perkebunan tersebut dengan diarahkan oleh Asisten Divisi atau Mandor yang
mendampingi.
3.
Diskusi
Selama
pelaksanaan praktek magang mahasiswa
melakukan diskusi baik dengan rekan-rekan sesama kelompok magang maupun dengan asisten, mandor
maupun dengan para pekerja dikebun kelapa sawit selama pelaksanaan kegiatan
magang berlangsung.
C. Kegiatan di Lapangan
Kegiatan di lapangan adalah seluruh rangkaian kegiatan kebun yang ada dan sedang berlangsung di PT.
Kartika Prima Cipta estate Muara Tawang Suhaid adapun kegiatannya adalah :
1.
Kegiatan
di Areal Pembibitan
Mahasiswa
terjun lansung ke areal pembibitan untuk melihat, mempelajari dan menguasai
berbagai hal yang berkaitan dengan teknik pembibitan dan pemeliharaan serta
perawatannya. kegiatan di pembibitan dibagi menjadi 2 lokasi kegiatan yaitu di
areal Pre nursery dan Main nursery.
Kegiatan
di areal Pre nursery meliputi: penyiapan
lahan pembibitan, persiapan media tanam, pembuatan naungan dan pagar, penanaman
kecambah, pemasangan klerat, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan,
pembukaan naungan, penyemprotan pestisida dan sensus atau sortir bibit.
Kegiatan di areal main
nursery meliputi: persiapan lahan¸ pengisian polybag, penanaman,
penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengikatan pelepah dan
sortir bibit.
2. Kegiatan di
Areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan
praktek yang dilakukan diareal TBM diantaranya konsolidasi, penyisipan,
garuk piring, pembuatan tapak kuda, penanaman kacangan (Leguminosa cover
crop), pemupukan, pengendalian hama penyakit serta pemeliharaan jalan,
parit dan drainase.
a. Konsolidasi
Konsolidasi adalah kegiatan
yang dilakukan untuk merehabilitasi tanaman yang baru ditanam. Kesalahan tanam
biasanya disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru dan kurangnya pengawasan
sehingga mengakibatkan kerusakan tanaman, kelambatan atau kelainan pertumbuhan
bibit yang ditanam.
Kegiatan konsolidasi antara lain adalah menginventarisasi tanaman
yang mati, abnormal, tumbang dan terserang hama penyakit serta menegakkan pohon
yang tumbang dengan cara menimbun tanah disekitar pangkal batang dan dipadatkan
sehingga tanaman tegak kembali. Konsolidasi pokok ini dilakukan pada umur TBM I
dan TBM III jika terlambat sulit untuk diperbaiki karena batang tanaman sudah
besar.
b. Penyisipan
Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau
kerdil sehingga diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Kegiatan ini
dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi pada areal TBM tanaman yang perlu
disisip pada masa TBM I sampai III setiap satu bulan sekali, dan setelah TBM
III penyisipan cukup dilakukan setiap satu tahun sekali.
c. Garuk Piring
Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat disekitar
tanaman kelapa sawit, gulma digaruk dengan menggunakan cangkul, dengan radius 1
meter dari pangkal batang. piringan harus bebas dari gulma untuk menghindari
persaingan dalam penyerapan unsur hara antara gulma dengan tanaman kelapa
sawit. Rotasi garuk piringan ini dilakukan setiap satu bulan sekali.
d. Teras Individu atau Tapak Kuda
Pembuatan teras tapak kuda tepat pada pancang tanaman mula-mula tanah
dibebeskan dari humus, tunggul dan kayu-kayuan. Tanah galian disusun untuk
tanah bagian yang ditimbun, sedangkan tanah yang agak miring dicangkul dan
diratakan dengan sudut kemiringan 10°-15° kemudian dibuat benteng kecil
dipinggir tanah timbunan tersebut.
Teras tapak kuda dibuat pada bagian
permukaan tanah yang memiliki kecuraman atau kemiringan yang tinggi. Adapun
tujuan dibuatnya tapak kuda adalah apabila pada saat pemupukan unsur hara tidak
langsung tercuci tetapi tetap berada dalam piringan atau tapak kuda tersebut.
Tapak kuda dibuat pada areal TBM I ( tanaman ulang). Pemeliharaan pada tahap
awal diperlukan pemeriksaan yang teratur untuk memperbaiki tapak kuda yang
rusak, dan rehabilitasi selanjutnya dilakukan setiap satu tahun sekali.
e. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah (Leguminosa cover crop), sangat baik
untuk mengurangi erosi permukaan tanah, memperbaiki aerasi, menjaga kelembaban
tanah dan menambah bahan organik serta cadangan unsur hara. Akar tanaman
kacangan dapat memfiksasi nitrogen dan juga dapat mencegah pertumbuhan gulma.
Jika tanaman telah menutupi areal dengan sempurna maka akan menghemat biaya
penyiangan gulma dan tanaman kelapa sawit dapat terhindar dari serangan hama
kumbang oryctes.
f. Kastrasi
Kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas 1 umur 14 bulan, dan kelas 2
atau seterusnya umur 18 bulan, kegiatan kastrasi meliputi :
1)
Membuang bunga betina dan jantan menggunakan dodos
ukuran maksimal 8 cm dan disusun di gawangan mati.
2)
Pada saat dimulai kastrasi dibulan ke 14 dan 18, maka
kegiatan kastrasi bunga betina yang ada dipohon non produktif tidak dibuang.
3)
Kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang
karena akan digunakan sebagai media pengembangan Elaidobius kamerunikus.
4)
Pada tanah kelas 1 rotasi dimulai pada umur 14 dan
diakhiri pada umur 20 bulan dan tidak ada pemotongan pelepah segar pada
kastrasi.
g. Sanitasi
Sanitasi dilakukan untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi
buah yang baik pada saat mulai memanen yang dilakukan 3 atau 4 bulan sebelum
panen pertama dimulai.
Kegiatan
sanitasi mencakup :
1)
Membuang tandan partenocarpy
dan tandan busuk terutama yang diserang
tirathaba, tandan tersebut harus diletakan digawangan mati.
2)
Membuang semua pelepah kering pada pangkal pohon dan
dilarang memotong pelepah segar.
3)
Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk
memudahkan pengutipan brondol
h. Pemupukan. Kegiatan pemupukan pada areal TBM sangatlah penting untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik
dan kokoh serta persiapan aktivitas pertumbuhan. Pengaruh pemupukan terhadap
produksi bersifat jangka panjang dan baru akan terlihat setelah 2 sampai 3
tahun kedepan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK, yang
diberikan dengan sistem tabur.
Jenis pemupukan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1.
Urea diaplikasikan 1 bulan setelah penanaman dengan
dosis 250 gram / pokok.
2.
KCL diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan
dosis 400 gram / pokok.
3.
KIESRIT diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan
dosis 300 gram / pokok.
4.
UREA diaplikasikan 4 bulan setelah penanaman dengan
dosis 300 gram / pokok.
5.
TSP diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan
dosis 500 gram / pokok.
6.
HGFB diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan
dosis 10 gram / pokok.
7.
UREA diaplikasikan 8 bulan setelah penanaman dengan
dosis 450 gram / pokok.
i. Pemberantasan Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara Blanket, dan
pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan pertumbuhan
gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida yaitu : masker,
sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muata bobot 15 liter air, dan
kacamata.
Jenis
herbisida yang diaplikasikan di kebun PT. KPC adalah sebagai berikut :
1)
Roll up
digunakan untuk lalang
2)
Starane merupakan racun kontak
3)
Rolixone digunakan untuk semprot semak
4)
Erkafuron
5)
Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.
j. Pengendalian Hama
Hama yang mengganggu adalah hama tikus, upaya pengamatan melalui tahap
sensus. Sensus dilakukan dengan sampel
10 % dari populasi tanaman, dilakukan secara regular dengan periode tiga
bulan sekali, apabila hama ditemukan lebih dari 10% maka perlu dilakukan
pengendalian dengan aplikasi klerat.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan rodentisida klerat
dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara konservasi dilakukan
dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu ( Tito alba ), pemeliharaan Tito alba dilakukan dengan memasang
sarang per 15 hektar lahan.
k. Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Pada perkebunan kelapa sawit TPH diperlukan sebagai tempat penumpukan hasil
panen agar tersusun rapi di tepi jalan pengangkut sehingga mempermudah proses
pengangkutan buah untuk ditransportasikan.
Standar TPH
melputi :
1)
TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar,
sedangkan areal bergelombang dan berbukit disesuaikan dengan kondisi areal.
2)
Ukuran TPH
- TM I dan II 2 x 3 meter
- TM III dan seterusnya ukuran 3
x 4 meter
3) permukaan tanah pada TPH harus
rata sehingga memudahkan menempatkan TBS (tandan buah segar).
3. Kegiatan di Areal Tanaman Menghasilkan ( TM )
a.
Babat Anak Kayu
Kegiatan Babat anak kayu / gulma di sekitar tanaman kelapa sawit, pasar
pikul dan TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah terjadinya persaingan
dalam mengambil unsur hara di dalam tanah.
b. Garuk Piringan
Kegiatan membuang gulma atau sisa brondolan yang tertinggal di piringan,
dengan menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti tangan manusia, piringan
berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta tempat jatuhnya brondolan, dan
mempermudah pengangkutan buah ke TPH.
c. Pemangkasan (Pruning)
Alat yang digunakan untuk memangkas adalah dodos, pemangkasan dilakukan
pada pelepah pokok yang tingginya telah mencapai satu meter selain itu pemangkasan
juga dilakukan untuk membuang pelepah yang kering, pelepah yang telah dipangkas
tidak diperbolehkan dibuang disembarang tempat, tetapi harus disusun pada
rumpukan. pemangkasan tidak
diperbolehkan membuang pelepah pokok yang masih muda karena pelepah tersebut
masih aktif dan dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis.
d. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang cukup besar yaitu
sekitar 40% – 60% dari total pemeliharaan. Oleh karena itu, agar tercapai hasil
pemupukan yang optimal maka pupuk yang digunakan harus sesuai dengan
rekomendasi yang telah ditetapkan.
Jenis pupuk yang diaplikasikan diperkebunan sawit PT. Kartika Prima Cipta
Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu
yaitu Urea yang berfungsi untuk membantu proses penyuburan pada daun, MOP
berfungsi untuk mempercepat proses pembuahan, dan TSP berfungsi untuk pertumbuhan akar dan pembentukan biji,
serta Kaptan pada tanah gambut berfungsi
untuk menetralisir keasaman tanah.
Pupuk yang diaplikasikan pada areal TM di divisi III adalah pupuk TSP dengan dosis 500 gram pada
tanaman berusia 3 tahun dan Urea dengan dosis 1.250 gram pada tanaman berusia 3 tahun.
e. Kegiatan Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit
Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang menaungi
daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabang-cabang
kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke bagian badan
jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi.
f. Pemberantasan Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara Blanket, dan
pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan pertumbuhan
gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida yaitu : masker,
sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muatan bobot 15 liter air, dan
kacamata.
Jenis
herbisida yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1)
Roll up
digunakan untuk lalang
2)
Starane merupakan racun kontak
3)
Rolixone digunakan untuk semprot semak
4)
Erkafuron
5)
Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.
g. Aplikasi Pengendalian Hama Tikus dengan Klerat
Pengaplikasian tikus dengan klerat bertujuan untuk meminimalkan serangan
hama tikus diperkebunan bukan membasmi hama tikus, cara yang digunakan dengan
menggunakan rodentisida yang bermerek dagang Klerat (campuran lilin, beras
busuk, dan warfarin/racun). Teknis pemasangan Klerat memasang Klerat harus
perjaringan agar memudahkan pengontrolan pekerjaan karyawan, tiap tiap satu
pohon diletakkan dipangkal batang pohon.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan rodentisida Klerat
dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara konservasi dilakukan
dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu (Tito alba), pemeliharaan Tito
alba dilakukan dengan memasang sarang per 15 hektar lahan.
h. Panen
Jumlah dan mutu minyak
tergantung pada tingkat kematangannya buah saat dipanen. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar ( TBS)
pada kematangan optimum. pemotongan TBS yang kurang matang akan mengakibatkan
berkurangnya minyak, sedangkan TBS yang terlalu matang atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan FFA yang tinggi.
1)
Organisasi panen
Pemanen
bertugas memotong TBS dari pohon dan mengumpulkan ke TPH sekaligus menyusun
pelepah yang dipotong sedangkan Pembrondol bertugas mengutip semua brondolan
dari dalam blok dan mengumpulkannya ke TPH. Pembrondol mengikuti tugasnya
mengikuti pemanen. Kedua tugas ini harus dilakukan pada hari yang sama.
2) Kebutuhan
pemanen dan pembrondol
Pada dasarnya jumlah
pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1 : 1 pada periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih
sedikit dari jumlah pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai
karyawan tetap (SKU).
3)
Pengaturan ancak dan rotasi panen
Pembagian ancak panen
harus diatur agar mudah dalam pengawasan pekerjaan panen dan pengangkutan
hasil. Areal panen setiap divisi harus dibagi menjadi 6 bagian ancak yang
disesuaikan dengan konsep rotasi 6 hari dalam satu minggu (7 hari).
Areal TM harus terpanen
secara keseluruhan hari senin sampai sabtu dengan rotasi 4 kali perbulan
termasuk pada priode panen puncak. Apabila rotasi panen tidak dapat tercapai
sesuai dengan standar, maka EM (Estate
Manager) mengambil kebijakan untuk menambah tenaga panen dan pembrondol.
4)
Sistem panen
a.
Sistem Ancak Tetap
Sistem ancak tetap yaitu
setip pemanen menanen pada areal yang sama dikerjakan secara rutin , dan
pemanen harus bertanggung jawab menyelesaikan sesuai dengan luas yang
ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal. Apabila pemanen tidak
bekerja, maka mandor panen harus mencari penggantinya.
b.
Sistem Ancak Giring
Sistem ancak giring
yaitu setiap pemanen memanen pada ancak panen yang telah ditetapkan setiap
harinya oleh mandor panen. Pembagian areal selalu berubah disesuaikan dengan
kerapatan panen dalam kehadiran pemanen.
c.
Sistem Ancak D6
Sistem ancak D6 yaitu
ancak panen diatur dengan pusingan panen 6 hari mulai dari senin sampai sabtu
(D1-D6). Pemanen dan pembrondol diawasi sesuai dengan jumlah mandoran yang ada bekerja
secara serempak dalam satu blok dan seterusnya pindah ke blok berikutnya sampai
selesai panen pada hari tersebut.
Gambar 2.
Denah atau jadwal waktu panen menggunakan sistem ancak.
5)
Pengumpulan TBS di TPH (tempat penumpukan hasil)
Buah yang telah dipanen diletakkan dipinggir piringan arah jalan pikul dan
gagang panjang harus dipotong mepet dalam bentuk “ V ” sebelum diangkut ke TPH.
Buah disusun rapi di TPH dan brondolan ditumpuk sesuai dengan takaran
beralaskan goni eks pupuk dipisah dengan tandan. pengawasan panen dilapangan
dilakukan dan pemeriksaan yang cukup untuk pencatatan janjang yang terletak di
TPH.
6)
Pengecekan buah di TPH
Setelah TBS keluar ke TPH, krani panen segera mengecek kuantitas dan
kualitas TBS, kemudian krani transport kembali mengecek ulang sambil memuat
TBS.
7)
Pengawasan penen di lapangan
Pengawasan panen diperlukan agar panen lebih efektif, 1 orang mandor
mengawasi 20 – 30 pemanen termasuk pengutip brondol. Mandor produksi harus
memastikan bahwa semua ancak yang ada dibawah pengawasannya telah dipanen dan
semua brondolnya telah dikutip.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. Gulma pada Tanaman Belum
Menghasilkan.
a. Gulma
merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi pesaing bagi tanaman
utama (kelapa sawit) , sehingga keberadaannya tidak dikehendaki karena
merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta dapat mengganggu
kelancaran aktivitas lainnya.
b. Gulma
terdiri dari kelompok gulma rumput rumputan, gulma berdau lebar, berkayu, gulma
pakisan, gulma teki tekian, gulma pisang liar dan keladi keladian, gulma bambu
bambuan dan gulma air.
B. Konsep Pengendalian Gulma.
a. Penanganan
terhadap tumbuhan pesaing tanaman utama dengan tindakan sebagai berikut :
1.)
mengembangkan atau melestarikan tanaman berguna sebagai inang parasitoid dan atau
predator secara terkendali (dalam batas tidak mengganggu tanaman pokok dan
proses budidaya kelapa sawit).
2.) memusnahkan gulma berbahaya.
3.) membatasi
pertumbuhangulma lunak.
b. Menerapkan
konsep pengelolaan gulma terpadu (integrated weed management) dengan memberdayakan
seluruh komponen pengendalian meliputi cara kultur teknis , tindakan preventif,
biologis, mekanis, dan kimiawi.
C. Pengendalian Gulma di Pembibitan
Pengendalian
gulma di dalam polybag dilakukan secara manual, sedangkan pengendalian gulma di
luar polybag dilakukan dengan herbisida kontak antara lain parakuat dengan
rotasi dengan 1 bulan sekali dan dapat dikurangi jika pelepah bibit menutupi
permukaan tanah. Peningkatkan efektifitas penyemprotan dapat dilakukan dengan
cara penambahan bahan parakuat.
Ujung pipa alat
semprot dipasang sungkup bulat terbuat dari dari plastik agar herbisida tidak
mengenai bibit. Alat semprot tidak boleh bocor. Pekerja semprot harus diawasi
dengan ketat, terlatih dan menggunakan alat pelindung sesuai dengan yang
dianjurkan di label kemasan produk herbisida.
D. Pengendalian Gulma di Areal Kebun
Standar dan
tindakan pengendalian gulma dimulai dari awal penanaman di TBM adalah sebagai
berikut :
a.
Pembersihan piringan dilakukan dengan
jarak 30 cm diluar batas kanopi daun atau sampai maksimum 180 cm dari pangkal
pohon kelapa sawit , sedangkan jalan rintis dibersihkan selebar sekitar 1,2 m
dilakukan setelah tanaman berumur > 6 bulan.
b.
Pengendalian secara preventif dan kultur
teknis yaitu penanganan dan perawatan kacangan (1) untuk menyaingi pertumbuhan
gulma.
c. Pengendalian
secara biologis yaitu mengembangkan agensia pengendali hayati gulma seperti
Lalat bisul atau Cecidochares connexa
merupakan hama pemakan gulma putihan atau Chromolaena
odorata (2), dan Pareuchaetes pseudoinsulata (3) adalah
ulat pemakan Chromolaena odorata juga,
serta Actinote anteas (4) dipergunakan
untuk mengendalikan Chromolaena odorata.
1
|
2
|
3
|
4
|
Gambar 3. Pengendalian gulma secara biologis.
d.
Pelestarian tanaman berguna
Beberapa jenis tanaman
yang berguna sebagai inang imago parasitoid dan atau predator hama kelapa sawit
yang tumbuh di lapang perlu dilestarikan karena bermanfaat untuk mendukung
perkembangan musuh alami hama tanaman kelapa sawit dan berfungsi sebagai
penutup tanah alami.
e.
Perawatan secara mekanis .
Salah satu
pilihan adalah dengan meggunakan Rotary
Slasher untuk perawatan jalan panen di daerah datar yang memungkinkan masuk
alat tersebut pada saat tanaman TBM 2.
Gambar 4. Pengendalian gulma secara
mekanis dengan menggunakan alat Rotary
Slasher.
f.
Pengendalian Secara Kimia.
Jenis herbisida
yang digunakan untuk semprot piringan adalah sebagai berikut :
1). Tanaman umur < 12 bulan
menggunakan herbisida kontak.
2). Tanaman umur > 11 bulan
menggunakan herbisida sistemik dan kontak.
Pada
penyemprotan di jalan rintis dan gawangan dapat menggunakan herbisida kontak
atau sistemik sesuai gulma yang menjadi sasaran (target).
g.
Pengendalian gulma berkayu.
Pengendalian
gulma berkayu menggunakan herbisida dengan campuran triklopir 1 liter dengan
surfaktan 0,15 liter per ha blanket. Semprot ulang secara selektif tumbuh
tumbuhan yang masih belum terkendali dengan campuran herbisida yang sama 3-4 bulan setelah rotasi pertama.
Pengendalian
gulma berkayu keras yang terpencar dapat dilakukan dengan membabat atau memotong
bagian atas pohon dan dilanjutkan dengan mengoleskan campuran triklopir + solar
(konsentrasi 5%) pada sekeliling pangkal batang selebar sekitar 2 cm dan pada
ketinggian 30 cm dari tanah.
V.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Banyaknya
tenaga kerja P.T Kartika Prima Cipta yang belum memenuhi standar menejemen
kebun terutama pada bidang teknis budidaya yang terkait pada pengendalian gulma
dengan herbisida dikarenakan kurangnya pengawasan yang disertai kondisi lahan
yang belum sesuai.
2. Perbedaan
antara pelaksanaan teknis lapangan dengan standarisasi pelaksanaan yang ada
pada panduan dan Budget sehingga
menyebabkan kurangnya efektifitas
pekerjaan yang mengakibatkan pengendalian gulma tidak dapat dilakukan secara
optimal.
3. Pengendalian
gulma menjadi lebih lama dan biaya operasional yang dikeluarkan menjadi lebih
banyak tetapi hasil yang didapatkan masih belum sesuai.
4. Segala
kegiatan yang berhubungan dengan pemanenan dan perawatan lainnya menjadi ikut terhambat dan akhirnya mengurangi
produktivitas dan pendapatan kebun dari hasil panennya yang tidak maksimal.
B. SARAN
1.
Sebaiknya jumlah transportasi untuk
penganngkutan hasil panen lebih dimaksimalkan.
2.
Hendaknya diupayakan pembersihan jalan
panen sehingga mempermudah pelaksanaan perawatan dan pemanenan hasil produksi.
3.
Hendaknya pengawasan terhadap tenaga
kerja dioptimalkan
4.
Mahasiswa magang hendaknya dibekali
dengan panduan magang dari pihak Fakultas untuk mempermudah mahasiswa magang di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Pahan,
I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit
Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga
Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastrosayono,
S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Sunarko,
2007. Petunjuk Praktis Budi Daya &
Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko,
2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun
Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sukamto,H.,
2011 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan
Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN I. Peta kecamatan Semitau
dan Suhaid
LAMPIRAN
II. Surat Permohonan Magang
LAMPIRAN
III. Surat Keterangan Jalan
LAMPIRAN IV. Dokumentasi Kegiatan Magang di PT. KPC
Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu
Gambar
1. Lahan plasma milik masyarakat di PT. KPC Kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas
Hulu.
Gambar
2. Apllikasi herbisida di lahan berbukit hanya menggunakan tong air sebagai
sumber utama penyuplai air namun persediaan air yang ada tidak memadai sehingga
para karyawan kesulitan dalam memperoleh air untuk melakukan penyemprotan gulma
di daerah berbukit.
Gambar
3. Pembuatan patok TPH pada areal kebun yang siap dipanen untuk mempermudah
karyawan dalam meletakkan tandan buah yang sudah dipanen.
Gambar
4. Penyusunan tandan buah yang sudah dipanen sesuai dengan patok TPH yang telah
ditentukan dan pengawasan lansung oleh mandor panen di divisi III PT. KPC
Kecamatan Suhaid.
Gambar
5. Tanaman abnormal tumbang akibat penanaman di lahan gambut dengan jarak tanam
yang terlalu dekat dengan parit sekunder di divisi III PT. KPC Kecamatan
Suhaid.
Gambar
6. Tandan buah menghasilkan (TBM) yang tidak dipanen, jika dibiarkan terlalu
lama akan mebusuk dan menjadi inang hama dan penyakit tanaman.